Materi Kuliah Teknik Tenaga Listrik
Materi Kuliah Teknik Tenaga Listrik
1. SISTEM TENAGA LISTRIK
1.1.
Elemen Sistem Tenaga
Salah satu
cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah
melalui bentuk energi listrik. Pada pusat pembangkit, sumberdaya energi primer
seperti bahan baker fosil (minyak, gas alam, dan batubara), hidro, panas bumi,
dan nuklir diubah menjadi energi listrik. Generator sinkron mengubah energi
mekanis yang dihasilkan pada poros turbin menjadi energi listrik.
Melalui
transformator penaik tegangan (step-up transformer), energi listrik ini
kemudian dikirimkan melalui saluran transmisi bertegangan tinggi menuju
pusat-pusat beban. Peningkatan tegangan dimaksudkan untuk mengurangi jumlah
arus yang mengalir pada saluran transmisi yang dengan demikian berarti
rugi-rugi panas (heat-loss) I2R dapat dikurangi.
Ketika saluran transmisi mencapai pusat beban, tegangan tersebut kembali
diturunkan menjadi tegangan menengah, melalui transformator penurun tegangan (step-down
transformer).
Di
pusat-pusat beban yang terhubung dengan saluran distribusi, energi listrik ini
diubah menjadi bentuk-bentuk energi terpakai lainnya seperti energi mekanis
(motor), penerangan, pemanas, pendingin, dan sebagainya.
Satuan
listrik :
Arus
listrik (I) => ampere
Tegangan
listrik (V) = beda potensial => volt
Tahanan
(R) = resistansi => ohm
Reaktansi
(X)=> ohm
Impedansi
(Z)= R ± jX => ohm
Daya (S) =
P ± jQ => volt ampere
Daya aktif
(P) => watt
Daya
reaktif (Q) => volt ampere reaktif
Energi (E)
=> watt-hour (watt-jam)
Faktor
daya (cos j) => tidak ada satuan
1.2.
Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pembangkit
listrik jenis ini memanfaatkan bahan bakar minyak, gas alam, atau batubara
untuk membangkitkan panas dan uap pada BOILER. Uap ini kemudian
dipergunakan untuk memutar turbin yang dikopelkan langsung dengan sebuah
generator sinkron. Uap yang telah melalui turbin kemudian menjadi uap
bertekanan dan bersuhu rendah. Uap ini kemudian dilewatkan melalui kondenser
yang menyerap panas uap tersebut sehingga uap tersebut berubah menjadi air yang
kemudian dipompakan kembali menuju boiler.
1.3.
Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG)
Sebagaimana
halnya Pusat Listrik Tenaga Diesel, PLTG merupakan mesin dengan proses
pembakaran dalam (internal combustion). Bahan baker berupa minyak atau
gas alam dibakar di dalam ruang pembakar (combustor). Udara yang
memasuki kompresor setelah mengalami tekanan bersama-sama dengan bahan baker
disemprotkan ke ruang pembakar untuk melakukan proses pembakaran. Gas panas
sebagai hasil pembakaran ini kemudian bekerja sebagai fluida yang memutar roda
turbin yang terkopel dengan generator sinkron.
1.4.
Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
Pada
reactor air tekan (pressurized water reactor) terdapat dua rangkaian
yang seolah-olah terpisah. Pada rangkaian pertama bahan baker uranium-235 yang
diperkaya dan tersusun dalam pipa-pipa berkelompok, disundut untuk menghasilkan
panas dalam reactor. Karena air dalam bejana penuh, maka tidak terjadi
pembentukan uap, melainkan air menjadi panas dan bertekanan. Air panas yang
bertekanan tersebut kemudian mengalir ke rangkaian kedua melalui suatu
generator uap yang terbuat dari baja. Generator uap ini kemudian menghasilkan
uap yang memutar turbin dan proses selanjutnya mengikuti siklus tertutup
sebagaimana berlangsung pada turbin uap PLTU.
1.5.
Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA)
Penggunaan
tenaga air mungkin merupakan bentuk konversi energi tertua yang pernah dikenal
manusia. Perbedaan vertical antara batas atas dengan batas bawah bendungan di
mana terletak turbin air, dikenal sebagai tinggi terjun. Tinggi terjun ini
mengakibatkan air yang mengalir akan memperoleh energi kinetic yang kemudian
mendesak sudu-sudu turbin. Bergantung kepada tinggi terjun dan debit air,
dikenal tiga macam turbin yaitu: Pelton, Francis dan Kaplan.
2. DASAR ELEKTROMEKANIK
2.1.
Konversi Energi Elektromekanik
Konversi
energi baik dari energi listrik menjadi energi mekanik (motor) maupun
sebaliknya dari energi mekanik menjadi energi listrik (generator) berlangsung
melalui medium medan magnet. Energi yang akan diubah dari satu system ke system
lainnya, sementara akan tersimpan pada medium medan magnet untuk kemudian
dilepaskan menjadi energi system lainnya. Dengan demikian, medan magnet di sini
selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan energi juga sekaligus sebagai
medium untuk mengkopel perubahan energi.
Dengan
mengingat hukum kekekalan energi, proses konversi energi elektromekanik dapat
dinyatakan sebagai berikut (untuk motor):
(Energi
Listrik sebagai input) = (Energi Mekanik sebagai output + Energi panas) +
(Energi pada medan magnet dan rugi-rugi magnetic)
atau dalam persamaan differensial,
konversi energi dari elektris ke mekanis adalah sebagai berikut:
dWE
= dWM + dWF
Ini hanya berlaku ketika proses
konversi energi sedang berlangsung pada keadaan dinamis yang transient. Untuk
keadaan tunak, dimana fluks merupakan harga yang konstan, maka
dWF = 0
dWE
= dWM
2.2.
Gaya Gerak Listrik
Apabila
sebuah konduktor digerakkan tegak lurus sejauh ds memotong suatu medan magnet
dengan kerapatan fluks B, maka perubahan fluks pada konduktor dengan panjang
efektif l
adalah:
df = B l ds
Dari Hukum Faraday diketahui bahwa
gaya gerak listrik (ggl)
E = df/dt
Maka e = B
l
ds/dt; dimana ds/dt = v = kecepatan
Jadi, e =
B l
v
2.3.
Kopel
Arus
listrik I yang dihasilkan di dalam suatu medan magnet dengan kerapatan
fluks B akan menghasilkan suatu gaya F sebesar:
F = B I l
Jika
jari-jari rotor adalah r, maka kopel yang dibangkitkan adalah
T = F r
Perlu
diingat bahwa saat gaya F dibangkitkan, konduktor bergerak di dalam medan
magnet da seperti diketahui akan menimbulkan gaya gerak listrik yang merupakan
reaksi (lawan) terhadap tegangan penyebabnya. Agar proses konversi energi
listrik menjadi energi mekanik (motor) dapat berlangsung, tegangan sumber harus
lebih besar daripada gaya gerak listrik lawan.
Begitu
pula, suatu gerak konduktor di dalam medan magnet akan membangkitkan tegangan e
= B l
V dan bila dihubungkan dengan beban, akan mengalir arus listrik I atau energi
mekanik berubah menjadi energi listrik (generator). Arus listrik yang mengalir
pada konduktor tadi merupakan medan magnet pula dan akan berinteraksi dengan
medan magnet yang telah ada (B). Interaksi medan magnet merupakan gaya reaksi
(lawan) terhadap gerak mekanik yang diberikan. Agar konversi energi mekanik ke
energi listrik dapat berlangsung, energi mekanik yang diberikan haruslah lebih
besar dari gaya reaksi tadi.
2.4.
Mesin Dinamik Elementer
Pada
umumnya mesin dinamik terdiri atas bagian yang berputar disebut rotor dan
bagian yang diam disebut stator. Di antara rotor dan stator terdapat celah
udara. Stator merupakan kumparan medan yang berbentuk kutub sepatu dan rotor
merupakan kumparan jangkar dengan belitan konduktor yang saling dihubungkan
ujungnya (lihat gambar) untuk mendapatkan tegangan induksi (ggl).
|
Jika
kumparan rotor diputar dengan arah berlawanan dari arah jarum jam, tegangan
akan dibangkitkan dengan arah yang berlawanan pada kedua ujung rotor yang tidak
dihubungkan.
Simulasi
mesin dinamis (generator) dapat dilihat pada situs ini.
2.5.
Interaksi Medan Magnet
Kerja
suatu mesin dinamis dapat juga dilihat dari segi adanya interaksi antar medan
magnet stator dan rotor, yaitu:
F = B I l
Seperti
diketahui, arus listrik (I) pada persamaan di atas akan menimbulkan fluks juga
di sekitar konduktor yang dilalui. Bila kerapatan fluks akibat arus listrik
dinyatakan dengan Bs (pada stator), sedang kerapatan fluks akibat
kumparan medan adalah Br (pada rotor), maka dapat dituliskan:
T = K Br
Bs sin d
Dimana
d adalah sudut antara kedua sumbu medan magnet Br
dan Bs
K adalah
konstanta l
x r
Sudut d dikenal sebagai sudut kopel atau sudut daya dengan harga
maksimum d = 90o. Dengan menganggap
Br dan Bs sebagai fungsi arus rotor dan arus stator,
persamaan kopel menjadi:
T = K Ir
Is sin d
Dengan
demikian, kopel terjadi sebagai interaksi antara dua medan magnet atau dua
arus.
2.6.
Derajat Listrik
Pada
setiap satu kali putaran mesin, tegangan induksi yang ditimbulkan sudah
menyelesaikan p/2 kali putaran. Maka untuk mesin 4 kutub, satu kali putaran
mekanik mesin (360o) berarti sama dengan dua kali putaran listrik
(720o). Persamaan umumnya adalah sebagai berikut:
qe = (p/2) qm
p = jumlah
kutub mesin
qe = sudut
listrik
qm = sudut
mekanik
2.7.
Frekuensi
Dari
persamaan di atas, diketahui bahwa untuk setiap satu siklus tegangan listrik
yang dihasilkan, mesin telah menyelesaikan p/2 kali putaran. Karena itu frekuensi
gelombang tegangan adalah:
f = (p/2)
(n/60)
n = rotasi
per menit
n/60 =
rotasi perdetik
Kecepatan
sinkron untuk mesin arus bolak-balik lazim dinyatakan dengan
ns
= 120 (f/p)
Jadi
misalnya untuk generator sinkron yang bekerja dengan frekuensi 50 putaran per
detik dan mempunyai jumlah kutub p=2, maka kecepatan berputar mesin tersebut
adalah:
ns
= (120 x 50)/2 = 3000 rpm.
Sumber
lainnya tentang elektromagnetik:
3. MOTOR INDUKSI
Motor
induksi merupakan motor arus bolak balik (ac) yang paling luas penggunaannya.
Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan diperoleh
dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat
adanya perbedaan relative antara putaran rotor dengan medan putar (rotating
magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator.
Belitan
stator yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan tiga fasa akan
menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron (ns
= 120f/2p).
Medan putar pada stator tersebut akan memotong konduktor-konduktor pada rotor,
sehingga terinduksi arus; dan sesuai dengan Hukum Lentz, rotor pun akan ikut
berputar mengikuti medan putar stator.
Perbedaan
putaran relative antara stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya
beban, akan memperbesar kopel motor, yang oleh karenanya akan memperbesar pula
arus induksi pada rotor, sehingga slip antara medan putar stator dan putaran
rotor pun akan bertambah besar. Jadi , bila beban motor bertambah, putaran
rotor cenderung menurun. Dikenal dua tipe motor induksi yaitu motor induksi
dengan rotor belitan dan rotor sangkar.
Gambar
motor induksi.
3.1.
Medan Putar
Sebelum
kita membahas bagaimana rotating magnetic field (medan putar)
menyebabkan sebuah motor berputar, marilah kita tinjau bagaimana medan putar
ini dihasilkan. Gambar berikut menunjukkan sebuah stator tiga fasa dengan
suplai arus bolak balik tiga fasa pula.
Belitan
stator terhubung wye (Y). Dua belitan pada masing-masing fasa
dililitkan dalam arah yang sama. Sepanjang waktu, medan magnet yang dihasilkan
oleh setiap fasa akan tergantung kepada arus yang mengalir melalui fasa
tersebut. Jika arus listrik yang melalui fasa tersebut adalah nol (zero),
maka medan magnet yang dihasilkan akan nol pula. Jika arus mengalir dengan
harga maksimum, maka medan magnet berada pada harga maksimum pula. Karena arus
yang mengalir pada system tiga fasa mempunyai perbedaan 120o, maka
medan magnet yang dihasilkan juga akan mempunyai perbedaan sudut sebesar 120o
pula.
Ketiga
medan magnet yang dihasilkan akan membentuk satu medan, yang akan beraksi
terhadap rotor. Untuk motor induksi, sebuah medan magnet diinduksikan kepada
rotor sesuai dengan polaritas medan magnet pada stator. Karenanya, begitu medan
magnet stator berputar, maka rotor juga berputar agar bersesuaian dengan medan
magnet stator.
Gambar
belitan stator tiga fasa.
Pada
sepanjang waktu, medan magnet dari masing-masing fasa bergabung untuk
menghasilkan medan magnet yang posisinya bergeser hingga beberapa derajat. Pada
akhir satu siklus arus bolak balik, medan magnet tersebut telah bergeser hingga
360o, atau satu putaran. Dan karena rotor juga mempunyai medan
magnet berlawanan arah yang diinduksikan kepadanya, rotor juga akan berputar
hingga satu putaran. Penjelasan mengenai ini dapat dilihat pada gambar
selanjutnya.
Putaran
medan magnet dijelaskan pada gambar di bawah dengan “menghentikan” medan
tersebut pada enam posisi. Tiga posisi ditandai dengan interval 60o pada
gelombang sinus yang mewakili arus yang mengalir pada tiga fasa A,B, dan C.
Jika arus mengalir dalam suatu fasa adalah positif, medan magnet akan
menimbulkan kutub utara pada kutub stator yang ditandai dengan A’, B’, dan C’.
Gambar
putaran motor induksi dan medan putar.
Pada
posisi T1, arus pada fasa C berada pada harga positif maksimumnya. Pada saat
yang sama, arus pada fasa A dan B berada pada separuh harga negative
maksimumnya. Medan magnet yang dihasilkan terbentuk secara vertical dengan arah
ke bawah, dengan kekuatan medan maksimum terjadi sepanjang fasa C, antara kutub
C (utara) dengan C’ (selatan). Medan magnet ini dibantu oleh medan-medan yang
lebih lemah yang dihasilkan sepanjang fasa A dan B, dengan kutub-kutub A’ dan
B’ menjadi kutub-kutub utara dan kutub-kutub A dan B menjadi kutub-kutub
selatan.
Pada
posisi T2, gelombang sinus arus telah berotasi sebanyak 60 derajat listrik.
Pada posisi ini, arus dalam fasa A telah naik hingga harga negative
maksimumnya. Arus pada fasa B mempunya arah yang berlawanan dan berada pada
separuh harga maksimum positifnya. Begitu pula arus pada fasa C telah turun
hingga separuh dari harga maksimum positifnya. Medan magnet yang dihasilkan
terbentuk ke kiri arah bawah, dengan kekuatan medan maksimum sepanjang fasa A,
antara kutub-kutub A’ (utara) dan A (selatan). Medan magnet ini dibantu oleh
medan-medan yang lebih lemah yang timbul sepanjang fasa B dan C, dengan
kutub-kutub B dan C menjadi kutub-kutub utara dan kutub-kutub B’ dan C’ menjadi
kutub-kutub selatan. Di sini terlihat bahwa medan magnet pada stator motor
secara fisik telah berputar sebanyak 60o.
Pada
posisi T3, gelombang sinus arus berputar lagi 60 derajat listrik dari posisi
sebelumnya hingga total rotasi pada posisi ini sebesar 120 derajat listrik.
Pada posisi ini, arus dalam fasa B telah naik hingga mencapai harga positif maksimumnya.
Arus pada fasa A telah turun hingga separuh dari harga negative maksimumnya,
sementara arus pada fasa C telah berbalik arah dan berada pada separuh harga
negative maksimumnya pula. Medan magnet yang dihasilkan mengarah ke atas kiri,
dengan kekuatan medan maksimum sepanjang fasa B, antara kutub B (utara) dan B’
(selatan). Medan magnet ini dibantu oleh medan-medan yang lebih lemah sepanjang
fasa A dan C, dengan kutub-kutub A’ dan C’ menjadi kutub-kutub utara dan
kutub-kutub A dan C menjadi kutub-kutub selatan. Sehingga terlihat di sini
bahwa medan magnet pada stator telah berputar 60o lagi dengan total
putaran sebesar 120o.
Pada
posisi T4, gelombang sinus arus telah berotasi sebanyak 180 derajat listrik
dari titik T1 sehingga hubungan antara arus-arus fasa adalah indentik dengan
posisi T1 kecuali bahwa polaritasnya telah berbalik. Karena fasa C kembali pada
harga maksimum, medan magnet yang dihasilkan sepanjang fasa C kembali berada
pada harga maksimum, medan magnet yang dihasilkan sepanjang fasa C akan
memiliki kekuatan medan maksimum. Meskipun demikian, dengan arus yang mengalir
dalam arah yang berlawanan pada fasa C, medan magnet yang timbul mempunyai arah
ke atas antara kutub C’ (utara) dan C (selatan). Terlihat bahwa medan magnet
sekarang telah berotasi secara fisik sebanyak 180o dari posisi awalnya.
Pada
posisi T5, fasa A berada pada harga positif maksimumnya, yang menghasilkan
medan magnet ke arah atas sebelah kanan. Kembali, medan magnet secara fisik
telah berputar 60o dari titik sebelumnya sehingga total rotasi
sebanyak 240o. Pada titik T6, fasa B berada pada harga maksimum
negative yang menghasilkan medan magnet ke arah bawah sebelah kanan. Medan
magnet pun telah berotasi sebesar 60o dari titik T5 sehingga total
rotas adalah 300o.
Akhirnya,
pada titik T7, arus kembali ke polaritas dan nilai yang sama seperti pada
Posisi T1. Karenanya, medan magnet yang dihasilkan pada posisi ini akan identik
dengan pada posisi T1. Dari pembahasan ini, terlihat bahwa untuk satu putaran
penuh gelombang sinus listrik (360o), medan magnet yang timbul pada
stator sebuah motor juga berotasi satu putaran penuh (360o).
Sehingga, dengan menerapkan tiga-fasa AC kepada tigfa belitan yang terpisah
secara simetris sekitar stator, medan putar (rotating magnetic field)
juga timbul.
3.2.
SLIP
Jika arus
bolak balik dikenakan pada belitan stator dari sebuah motor induksi, sebuah
medan putar timbul. Medan putar ini memotong batang rotor dan menginduksikan
arus kepada rotor. Arah aliran arus ini dapat ditentukan dengan menggunakan
aturan tangan kiri untuk generator.
Arus yang
diinduksikan ini akan menghasilkan medan magnet di sekitar penghantar rotor,
berlawanan polaritas dari medan stator, yang akan mengejar medan magnet pada
stator. Karena medan pada stator terus menerus berputar, rotor tidak pernah
dapat menyamakan posisi dengannya alias selalu tertinggal dan karenanya akan
terus mengikuti putaran medan pada stator sebagaimana ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
Gambar
Induction Motor
Dari penjelasan di atas, terlihat
bahwa rotor pada motor induksi tidak pernah dapat berputar dengan kecepatan
yang sama dengan kecepatan medan putar. Jika kecepatan rotor sama dengan
keceparan medan putar stator, maka tidak ada gerak relatif antara keduanya, dan
tidak akan ada induksi EMF kepada rotor. Tanpa induksi EMF ini, tidak akan ada
interaksi medan yang diperlukan untuk menimbulkan gerak. Rotor, karenanya ahrus
berputar dengan kecepatan yang lebih rendah dari kecepatan medan putar stator
jika gerak relatif tersebut harus ada antara keduanya.
Persentase perbedaan antara
kecepatan rotor dan kecepatan medan putar disebut dengan slip. Semakin kecil
slip, semakin dekat pula kecepatan rotor dengan kecepatan medan putar. Persen
slip dapat dicari menggunakan Equation (12-1).
dimana
NS= kecepatan
sinkron (rpm) NR= kecepatan
rotor (rpm)
Kecepatan medan putar atau kecepatan
sinkron dari suatu motor dapat dicari dengan menggunakan Equation (12-2).
dimana
Contoh: Sebuah motor induksi dua
kutub, 60 Hz, mempunyai kecepatan pada beban penuh sebesar 3554 rpm. Berapakah
persentase slip pada beban penuh?
Solusi:
3.3.
Torque
Torque
motor induksi AC tergantug kepada kekuatan medan rotor dan stator yang saling
berinteraksi dan hubungan fasa antara keduanya. Torque dapat dihitung dengan
Equation (12-3).
dimana
Selama
operasi normal, K, ,
dan cos adalah
konstan, sehingga torque berbanding lurus dengan arus rotor. Arus rotor
meningkat dengan proporsi yang sama dengan slip. Perubahan torque terhadap slip
menunjukkan bahwa begitu slip naik dari nol hingga –10%, torque naik secara
linier. Begitu torque dan slip naik melebihi torque beban penuh, maka torque
akan mencapai harga maksimum sekitar 25% slip. Torque maksimum disebut breakdown
torque motor. Jika beban dinaikkan melebihi titik ini, motor akan stall dan
segera berhenti. Umumnya, breakdown torque bervariasi dari 200 hingga 300%
torque beban penuh. Torque awal (starting torque) adalah nilai torque
pada 100% slip dan normalny 150 hingga 200% torque beban penuh. Seiring dengan
pertambahan kecepatan dari rotor, torque akan naik hingga breakdown torque
dan turun mencapai nilai yang diperlukan untuk menarik beban motor pada
kecepatan konstan, biasanya antara 0 – 10%. Gambar berikut menunjukkan
karakteristik Torque terhadap slip.
3.4.
Motor Satu Fasa
Jika dua
belitan stator dengan impedansi yang tidak sama dipisahkan sejauh 90 derajat
listrik dan terhubung secara parallel ke sumber satu fasa, medan yang
dihasilkan akan tampak berputar. Ini disebut dengan pemisahan fasa (phase splitting).
Pada motor
fasa terpisah (split-phase motor), dipergunakanlah lilitan starting
untuk penyalaan. Belitan ini mempunyai resistansi yang lebih tinggi dan
reaktansi yang lebih rendah dari belitan utama. Jika tegangan yang sama VT
dikenakan pada belitan starting dan utama, arus pada belitan utama (IM)
tertinggal dibelakang arus pada belitan starting (IS). Sudut antara
kedua belitan mempunyai beda fasa yang cukup untuk menimbulkan medan putar
untuk menghasilkan torque awal (starting torque). Ketika motor mencapai 70
hingga 80% dari kecepatan sinkron, saklar sentrifugal pada sumbu motor membuka
dan melepaskan belitan starting. Motor satu fasa biasanya digunakan untuk
aplikasi kecil seperti peralatan rumah tangga (contoh mesin pompa).
3.5.
Motor Sinkron
Motor
sinkron serupa dengan motor induksi pada mana keduanya mempunyai belitan stator
yang menghasilkan medan putar. Tidak seperti motor induksi, motor sinkron
dieksitasi oleh sebuah sumber tegangan dc di luar mesin dan karenanya
membutuhkan slip ring dan sikat (brush) untuk memberikan arus
kepada rotor. Pada motor sinkron, rotor terkunci dengan medan putar dan
berputar dengan kecepatan sinkron. Jika motor sinkron dibebani ke titik dimana
rotor ditarik keluar dari keserempakannya dengan medan putar, maka tidak ada
torque yang dihasilkan, dan motor akan berhenti. Motor sinkron bukanlah self-starting
motor karena torque hanya akan muncul ketika motor bekerja pada kecepatan
sinkron; karenanya motor memerlukan peralatan untuk membawanya kepada kecepatan
sinkron.
Motor
sinkron menggunakan rotor belitan. Jenis ini mempunyai kumparan yang
ditempatkan pada slot rotor. Slip ring dan sikat digunakan untuk
mensuplai arus kepada rotor.
Penyalaan
Motor Sinkron
Sebuah
motor sinkron dapat dinyalakan oleh sebuah motor dc pada satu sumbu. Ketika
motor mencapai kecepatan sinkron, arus AC
diberikan kepada belitan stator. Motor dc saat ini berfungsi sebagai
generator dc dan memberikan eksitasi medan dc kepada rotor. Beban sekarang
boleh diberikan kepada motor sinkron. Motor sinkron seringkali dinyalakan
dengan menggunakan belitan sangkar tupai (squirrel-cage) yang dipasang
di hadapan kutub rotor. Motor kemudian dinyalakan seperti halnya motor induksi
hingga mencapai –95% kecepatan sinkron, saat mana arus searah diberikan, dan
motor mencapai sinkronisasi. Torque yang diperlukan untuk menarik motor hingga
mencapai sinkronisasi disebut pull-in torque.
Seperti
diketahui, rotor motor sinkron terkunci dengan medan putar dan harus terus
beroperasi pada kecepatan sinkron untuk semua keadaan beban. Selama kondisi
tanpa beban (no-load), garis tengah kutub medan putar dan kutub medan dc
berada dalam satu garis (gambar dibawah bagian a). Seiring dengan pembebanan,
ada pergeseran kutub rotor ke belakang, relative terhadap kutub stator (gambar
bagian b). Tidak ada perubahan kecepatan. Sudut antara kutub rotor dan stator
disebut sudut torque .
Gambar sudut
torque (torque angle)
Jika beban
mekanis pada motor dinaikkan ke titik dimana rotor ditarik keluar dari
sinkronisasi , maka motor akan berhenti. Harga maksimum torque sehingga
motor tetap bekerja tanpa kehilangan sinkronisasi disebut pull-out torque.
4. GENERATOR AC (ALTERNATOR)
Hampir
semua tenaga listrik yang dipergunakan saat ini bekerja pada sumber tegangan
bolak balik (ac), karenanya, generator ac adalah alat yang paling penting untuk
menghasilkan tenaga listrik. Generator ac, umumnya disebut alternator,
bervariasi ukurannya sesuai dengan beban yang akan disuplai. Sebagai contoh,
alternator pada PLTA mempunyai ukuran yang sangat besar, membangkitkan ribuan
kilowatt pada tegangan yang sangat tinggi. Contoh lainnya adalah alternator di
mobil, yang sangat kecil sebagai perbandingannya. Beratnya hanya beberapa
kilogram dan menghasilkan daya sekitar 100 hingga 200 watt, biasanya pada
tegangan 12 volt.
Sumber
lain : http://www.rowand.net/Shop/Tech/AlternatorGeneratorTheory.htm
4.1.
Dasar-dasar Generator AC
Berapapun
ukurannya, semua generator listrik, baik ac maupun dc, bergantung kepada
prinsip induksi magnet. EMF diinduksikan dalam sebuah kumparan sebagai hasil
dari (1) kumparan yang memotong medan magnet, atau (2) medan magnet yang
memotong sebuah kumparan. Sepanjang ada gerak relative antara sebuah konduktor
dan medan magnet, tegangan akan diinduksikan dalam konduktor. Bagian generator
yang mendapat induksi tegangan adalah armature. Agar gerak relative
terjadi antara konduktor dan medan magnet, semua generator haruslah mempunyai
dua bagian mekanis yaitu rotor dan stator.
ROTATING-ARMATURE
ALTERNATOR
Alternator
armature bergerak (rotating-armature alternator) mempunyai konstruksi
yang sama dengan generator dc yang mana armature berputar dalam sebuah medan
magnet stasioner. Pada generator dc, emf dibangkitkan dalam belitan armature
dan dikonversikan dari ac ke dc dengan menggunakan komutator (sebagai
penyearah). Pada alternator, tegangan ac yang dibangkitkan tidak diubah menjadi
dc dan diteruskan kepada beban dengan menggunakan slip ring. Armature yang
bergerak dapat dijumpai pada alternator untuk daya rendah dan umumnya tidak
digunakan untuk daya listrik dalam jumlah besar.
ROTATING-FIELD
ALTERNATORS
Alternator
medan berputar mempunyai belitan armature yang stasioner dan sebuah belitan
medan yang berputar. Keuntungan menggunakan system belitan armature stasioner
adalah bahwa tegangan yang dihasilkan dapat dihubungkan langsung ke beban.
Jenis
armature berputar memerlukan slip ring dan sikat untuk menghantarkan arus dari
armature ke beban. Armature, sikat dan slip ring sangat sulit untuk diisolasi,
dan percikan bunga api dan hubung singkat dapat terjadi pada tegangan tinggi.
Karenanya, alternator tegangan tinggi biasanya menggunakan jenis medan
berputar. Karena tegangan yang dikenakan pada medan berputar adalah tegangan
searah yang rendah, problem yang dijumpai pada tegangan tinggi tidak terjadi.
Armature
stasioner, atau stator, pada alternator jenis ini mempunyai belitan yang
dipotong oleh medan putar (rotating magnetic field). Tegangan yang dibangkitkan
pada armature sebagai hasil dari aksi potong ini adalah tegangan ac yang akan
dikirimkan kepada beban.
Stator
terdiri dari inti besi yang dilaminasi dengan belitan armature yang melekat
pada inti ini.
4.2.
Fungsi-Fungsi Komponen Alternator
Secara
umum generator ac medan berputar terdiri atas sebuah alternator dan sebuah
generator dc kecil yang dibangun dalam satu unit. Keluaran dari alternator
merupakan tegangan ac untuk menyuplai beban dan generator dc dikenal sebagai exciter
untuk menyuplai arus searah bagi medan putar.
Gambar
generator ac dan schematic-nya
Exciter adalah sebuah generator dc
eksitasi sendiri dengan belitan shunt. Medan exciter menghasilkan intensitas
fluks magnetic antara kutub-kutubnya. Ketika armature exciter berotasi dalam
fluks medan exciter, tegangan diinduksikan dalam belitan armature exciter.
Keluaran dari komutator exciter dihubungkan melalui sikat dan slip ring ke
medan alternator. Karena arusnya adalah arus searah, maka arus selalu mengalir
dalam satu arah melalui medan alternator. Sehingga, medan magnet dengan
polaritas tetap selalu terjadi sepanjang waktu dalam belitan medan alternator.
Ketika alternator diputar, fluks magnetiknya dilalukan sepanjang belitan
armature alternator. Tegangan bolak balik pada belitan armature generator ac
dihubungkan ke beban melalui terminal.
PRIME MOVER (Penggerak Utama)
Semua generator, besar dan kecil, ac
dan dc, membutuhkan sebuah sumber daya mekanik untuk memutar rotornya. Sumber
daya mekanis ini disebut prime mover. Prime mover dibagi dalam dua
kelompok yaitu untuk high-speed generator dan low-speed generator. Turbin gas
dan uap pada PLTG dan PLTU adalah penggerak utama berkecepatan tinggi sementara
mesin pembakaran dalam (internal combustion engine), air pada PLTA dan motor
listrik dianggap sebagai prime mover berkecepatan rendah.
Jenis prime mover memainkan peranan
penting dalam desain alternator karena kecepatan pada mana rotor diputar
menentukan karakteristik operasi dan konstruksi alternator.
ROTOR ALTERNATOR
Ada dua jenis rotor yang digunakan
untuk alternator medan berputar yaitu turbine-driven dan salient-pole
rotor. Jenis turbine-driven digunakan untuk kecepatan tinggi dan salient-pole
untuk kecepatan rendah. Belitan pada turbine-driven rotor disusun sedemikian
rupa sehingga membentuk dua atau empat kutub yang berbeda. Belitan-belitan
tersebut dilekatkan erat-erat di dalam slot agar tahan terhadap gaya
sentrifugal pada kecepatan tinggi.
Salient-pole rotor seringkali
terdiri dari beberapa kutub yang dibelit terpisah, dibautkan pada kerangka
rotor. Salient-pole rotor mempunyai diameter yang lebih besar dari
turbine-driven rotor. Pada putaran per menit yang sama, salient-pole memiliki
gaya sentrifugal yang lebih besar. Untuk menjaga keamanan dan keselatan
sehingga belitannya tidak terlempar keluar mesin, salient-pole hanya digunakan
pada aplikasi keceparan rendah.
4.3.
Karakteristik Alternator dan
Batasannya
Alternator
di-rating berdasarkan tegangan yang dihasilkannya dan arus maksimum yang mampu
diberikannya. Arus maksimum tergantung kepada rugi-rugi panas dalam armature.
Rugi panas ini (rugi daya I2R) akan memanaskan konduktor, dan jika
berlebihan akan merusak isolasi. Karenanya, alternator di-rating sesuai dengan
arus ini dan tegangan keluarannya – dalam volt-ampere atau untuk skala besar
dalam kilovolt-ampere.
Informasi
mengenai kecepatan rotasinya, tegangan yang dihasilkan, batas arusnya dan
karakteristik lainnya biasanya ditempelkan pada badan mesin – nameplate.
4.4.
Frekuensi
Frekuensi
keluaran dari tegangan alternator tergantung kepada kecepatan rotasi dari rotor
dan jumlah kutubnya. Semakin cepat, semakin tinggi pula frekuensinya. Semakin
lambat, semakin rendah pula frekuensinya. Semakin banyak kutub pada rotor,
semakin tinggi pula frekuensinya pada kecepatan tertentu.
Ketika
rotor telah berotasi beberapa derajat sehingga dua kutub berdekatan (utara dan
selatan) telah melewati satu belitan, tegangan yang diinduksikan dalam belitan
tersebut akan bervariasi hingga selesai satu siklus. Untuk suatu frekuensi yang
ditentukan, semakin banyak jumlah kutub, semakin lambat kecepatan putaran.
Prinsip ini dapat dijelaskan sebagai berikut, misalkan; sebuah generator dua
kutub harus berotasi dengan kecepatan empat kali lipat dari kecepatan generator
delapan kutub untuk menghasilkan frekuensi yang sama dari tegangan yang
dibangkitkan. Frekuensi pada semua generator ac dalam satuan hertz (Hz), yaitu
banyaknya siklus per detik, berkaitan dengan jumlah kutub dan kecepatan rotasi
sesuai dengan persamaan berikut:
dimana P
adalah jumlah kutub, N adalah kecepatan rotasi dalam revolusi per menit (rpm)
dan 120 adalah sebuah konstanta untuk konversi dari menit ke detik dan dari
jumlah kutub ke jumlah pasangan kutub. Sebagai contoh, sebuah alternator dua
kutub, 3600 rpm mempunyai frekuensi 60 Hz, ditentukan sebagai berikut:
Sebuah
generator empat kutub dengan kecepatan 1800 rpm juga bekerja pada frekuensi 60
Hz.
Sebuah
generator enam kutub 500 rpm mempunyai frekuensi
Sebuah
generator 12 kutub dengan kecepatan 4000 rpm mempunyai frekuensi
4.5.
Pengaturan Tegangan
Sebagaimana
yang telah kita lihat, ketika beban pada generator berubah, tegangan terminal
pun ikut berubah. Besarnya perubahan tergantung pada desain generator.
Pengaturan
tegangan pada sebuah alternator adalah perubahan tegangan dari beban penuh ke
tanpa beban, dinyatakan sebagai persentase tegangan beban penuh, ketika
kecepatan dan arus medan dc tetap konstan.
Anggap
bahwa tegangan tanpa beban generator adalah 250 volt dan tegangan beban penuh
adalah 220 volt. Persen regulasi adalah:
Untuk
diingat, bahwa semakin kecil persentase regulasi, semakin baik pula regulasinya
untuk kebanyakan aplikasi.
4.6.
Prinsip Pengaturan Tegangan AC
Di dalam
sebuah alternator, tegangan bolak balik diinduksikan dalam belitan armature
ketika medan magnet melewati belitan ini. Besarnya tegangan yang diinduksikan
ini tergantung kepada tiga hal yaitu: (1) jumlah konduktor dengan hubungan seri
pada setiap belitan, (2) kecepatan (rpm generator) pada mana medan magnet
memotong belitan, dan (3) kekuatan medan magnet. Salah satu dari factor ini
dapat digunakan untuk pengaturan tegangan yang diinduksikan dalam belitan
alternator.
Jumlah
belitan, tentu saja tidak berubah tetap ketika alternator diproduksi. Juga,
jika frekuensi keluaran harus konstan, maka kecepatan medan putar haruslah
konstan pula. Ini mengakibatkan penggunaan rpm alternator untuk pengaturan
tegangan keluaran menjadi tidak diperbolehkan.
Sehingga,
metode praktis untuk melakukan pengaturan tegangan adalah dengan mengatur
kekuatan medan putar. Kekuatan medan elektromagnetik ini dapat berubah seiring
dengan perubahan besarnya arus yang mengalir melalui kumparan medan. Ini dapat
dicapai dengan mengubah-ubah besarnya tegangan yang dikenakan pada kumparan
medan.
4.7.
Operasi Paralel Alternator
Alternator
dapat dihubungkan secara parallel untuk (1) meningkatkan kapasitas keluaran
dari suatu system melebihi apa yang didapat dari satu unit, (2) berfungsi
sebagai daya cadangan tambahan untuk permintaan yang suatu ketika bertambah,
atau (3) untuk pemadaman satu mesin dan penyalaan mesin standby tanpa adanya
pemutusan aliran daya.
Ketika
alternator-alternator yang sedang beroperasi pada frekuensi dan tegangan
terminal yang berbeda, kerusakan parah dapat terjadi jika alternator-alternator
tersebut secara mendadak dihubungkan satu sama lain pada satu bus yang sama
(satu titik hubung). Untuk menghindari ini, mesin-mesin tersebut harus
disinkronkan dahulu sebelum disambungkan bersama-sama. Ini dapat dicapai dengan
menghubungkan satu generator ke bus (bus generator), dan mensinkronkan
generator lainnya sebelum keduanya disambungkan. Generator dikatakan sinkron
jika memenuhi kondisi berikut:
1. Tegangan terminal yang sama. Diperoleh dengan menyetel
kekuatan medan bagi generator yang hendak masuk ke dalam rangkaian
(disambungkan).
2. Frekuensi yang sama. Diperoleh dengan menyetel kecepatan
prime mover dari generator yang hendak disambungkan.
3. Urutan fasa tegangan yang sama.
Referensi:
Dasar
Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya – ZUHAL
Komentar
Posting Komentar